Senin, 16 Juni 2008

Pudarnya Sikap Empati

Cuaca di bandara sangat panas. Terik matahari membuat wajah lelaki itu mengeluarkan keringat. Dua tas menggelayut di tangan kanan dan kirinya. Ia berjalan di belakang istri dan ketiga anaknya. Sang istri menggendong si bungsu sambil menenteng tas di tangannya.
Sebenarnya tak ada yang aneh dalam diri keluarga tersebut. Tapi, ada yang tak biasa di lingkungan kita. Sehingga membuat mereka menjadi pusat perhatian banyak orang di bandara. Apa pasal ? Sang ibu yang menggendong si bungsu dalam kondisi hamil tua. Tak lama lagi waktu persalinan tiba. Sementara ketiga anak lainnya masih sangat belia. Rata-rata jarak umurnya satu tahun di antara mereka.
Masuk ke pesawat tak ada perlakuan khusus dari pramugari. Jangankan menuntun si anak, menyapa santun pun tidak. Apalagi menawarkan kursi kosong di kelas VIP. Yang ada malah sikap sinis melihat sang ibu yang hamil tua dan diikuti ketiga anak kecil dibelakangnya.
Untuk perjalanan satu atau dua jam, mungkin keadaan seperti ini bisa ditolerir tapi bagaimana jika perjalanannya jauh ke luar negeri. Apakah tidak ada pelayanan dan fasilitas khusus bagi penumpang dalam keadaan darurat seperti ini.
Anak adalah amanat dari Allah. Apapun keadaannya seorang ibu akan berusaha untuk tetap menjaganya. Begitu pula dengan bayi yang masih ada dalam kandungan sang ibu. Pasti ia berharap dirinya dan anaknya nanti lahir dengan selamat.
Bagi sang ibu, perlakuan seperti itu tidak membuat dirinya berkecil hati. Ia tetap menunjukkan sikap wajar seperti penumpang lainnya di pesawat. Sementara penumpang lainnya tak bisa berbuat apa-apa. Kecuali menaruh simpati dalam hati dan rasa iba atas sketsa kehidupan di depan mata.
Tiba di bandara London susana menjadi berbeda. Turun dari pesawat, sang ibu yang sedang hamil tua di sambut petugas dengan hangat dan bersahabat. Padahal ia baru pertama kali menginjakkan kaki di negara itu. Petugas memberikan ruang istirahat khusus bagi si ibu. Mereka juga memberikan layanan luar biasa bagi anak-anak kecil yang bersama ibunya. Segala macam mainan anak-anak, mulai dari boneka, mobil-mobilan dan makanan ringan semua diberikan. Rasa peduli dan sikap empati yang bernuansa Islami diperlihatkan petugas layanan umum di negara yang mayoritas penduduknya non muslim.
Keluar dari bandara, mobil ambulans pun telah siap siaga. Mengantar sang ibu menuju tempat tinggalnya. Sampai di tempat tinggal, lagi-lagi ia mendapatkan layanan yang tidak ia duga. Sambutan tetangganya melebihi seorang saudara, padahal ia baru pertama kali mengenalnya. Begitu juga para petugas di lingkungannya (semacam petugas RT / Kelurahan) yang akrab dan bersahabat.
Petugas juga siap membantu si ibu jika sewaktu-waktu persalinan tiba. Dan ternyata, keesokan harinya tanda-tanda persalinan mulai terasa. Petugas mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Mereka juga ikut menunggui si ibu selama persalinan berlangsung. Sampai akhirnya tangis bayi pun pecah siang itu. Rasa gembira menyelimuti suasana rumah sakit. Tak ketinggalan para petugas. Mereka juga ikut bersuka cita atas kelahiran sang jabang bayi. Karangan bunga, ucapan selamat dan tali kasih dari petugas diberikan kepada keluarga pendatang baru yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.
Tak ada kesulitan izin tinggal bagi pendatang baru, apalagi kondisinya darurat. Begitu juga tak ada istilah permintaan uang jaminan pembayaran rumah sakit bagi kondisi seperti yang dialami keluarga itu. Semua layanan dipermudah. Bahkan petugasnya terlibat membantu secara langsung.
Betapa indahnya jika cinta kasih itu diberikan di antara kita tanpa melihat siapa mereka dan darimana mereka berasal. Betapa mulianya kehormatan bangsa kita jika masyarakatnya mau melakukan seperti yang dilakukan petugas ; mulai dari bandara London sampai kelurahan di sana.
Lalu bagaimana dengan sikap pramugari serta tidak tersedianya layanan darurat di bandara kita. Di manakah nilai-nilai ketimuran kita yang menjunjung tinggi kekeluargaan. Sudah pudarkah rasa empati di antara kita?

2 komentar:

kang ilo mengatakan...

Iya mas, nilai2 kemanusiaan kita agaknya mulai pudar ya.
Kata seorang pemikir Islam, "Al Islam mahjuubun bil muslim."
Keindahan Islam tertutupi karena kelakuan orang muslim..

Mhh... semoga nggak berlarut-larut ya

nooraflah mengatakan...

Dengan satu syarat, mas..!!
Kita harus memulai dari diri kita dan mengajak orang-orang yang ada disekitar..

buka mata
buka hati
buka kantong..
###
tetap semangat
tetap peduli
terus berbagi

hehe