Senin, 23 Juni 2008


Kepada Siapapun dan Dimanapun
Jangan Belenggu Tanganmu untuk Bersedekah

Angka kemiskinan di Indonesia terus meningkat. Apalagi pasca kenaikan harga BBM. Diperkirakan orang miskin di Indonesia mencapai lebih dari 41 juta orang. Kondisi seperti inilah yang kemudian memaksa orang miskin untuk mencari sesuap nasi dengan berbagai macam cara. Termasuk dengan meminta-minta di perempatan jalan.
Jika sepuluh tahun lalu peminta-minta di perempatan jalan atau di lampu pengatur arus lalu lintas (traffic light) hanya kita temui di kota-kota besar seperti Surabaya atau Jakarta, namun pemandangan serupa kini telah menghiasai hampir seluruh penjuru kota-kota kecil di berbagai daerah. Kondisi ekonomi bangsa yang masih terpuruk hingga kini merupakan penyebab utama orang-orang miskin ini untuk mengais rizki di perempatan jalan.
Dengan wajah welas asih, berpakaian lusuh, mereka berharap uluran tangan pemakai jalan. Dari anak kecil yang melantunkan lagu-lagu yang mungkin dia sendiri tidak tahu artinya, seorang ibu-ibu sambil menggendong bayi hingga seorang yang –maaf– tidak sempurna fisiknya semuanya berlomba mencari simpati dan belas kasihan dari para pengguna jalan. Begitu banyak cara yang mereka lakukan untuk mengetuk pintu hati para pengguna jalan agar mereka mendapatkan sedikit uang.
Memang bagi sebagian orang, keadaan seperti itu bisa menggangu pemakai jalan. Namun itu semua tak pernah dihiraukan oleh para peminta-minta. Mungkin dalam benaknya mengatakan apa yang dia lakukan halal hukumnya. Bisa jadi istilah daripada mencuri atau mencopet lebih baik meminta-minta menjadi pedoman bagi mereka.
Bagaimana sikap kita sebagai pengguna jalan melihat fenomena di depan mata seperti itu ? Mengulurkan tangan, memberi bantuan dan bersedekah bagi para peminta-minta adalah satu perbuatan yang didorong oleh nurani. Di samping juga anjuran agama.
Islam mengajarkan kita untuk memperbanyak sedekah. Kepada siapapun dan dimanapun. Tak terkecuali di perempatan-perempatan jalan. Tujuannya agar rezeki yang diberikan Allah menjadi barakah. Rasulullah SAW bersabda, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. ''Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah pengganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah celaka.

Fenomena Peminta-minta di Jalanan
Kalau mau jujur, tak satupun orang di dunia ini punya cita-cita menjadi peminta-minta. Ingat waktu masih kecil, betapa besarnya harapan anak-anak agar kelak menjadi orang berguna. Ada yang ingin menjadi presiden, dokter, profesor dan lain sebagainya. Hampir semua anak bercita-cita luhur seperti itu. Tak terkecuali mereka anak-anak kecil yang sekarang ini (terpaksa) menjadi peminta-minta di jalanan. Bagi mereka yang telanjur nyemplung jadi peminta-minta di jalanan pasti tak akan mau bilang kalau cita-citanya menjadi peminta-minta.
Dengan demikian menjadi peminta-minta adalah suatu keadaan terpaksa. Orang yang terpaksa berarti hidupnya dihimpit penderitaaan. Islam mendorong umatnya agar membantu mereka yang menderita. Oleh karena itu harus kita tolong dan kita bantu. Karena faktanya, hampir sebagian besar peminta-minta di jalanan adalah orang-orang yang sedang menghadapi penderitaan hidup.
Memberi sedekah adalah sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT kepada kita. Memberi sedekah kepada siapapun adalah wujud rasa cinta kepada sesama. Bisa jadi kita memilah-milah kondisi peminta-minta. Kalau orangnya masih sehat dan secara fisik bisa bekerja, mungkin hati kita berontak sambil berkata ’bukankah dia bisa mencari pekerjaan yang layak?’. Namun bukankah ajaran sedekah yang dianjurkan Nabi tidak memandang siapa dan kondisinya seperti apa orang yang kita beri sedekah ?
Oleh karenanya, kalau sudah niat memberi, jangan ragu untuk memberi. Relakan harta yang kita berikan untuk mereka nikmati. Hilangkan syak wasangka buruk terhadap sikap dan prilaku yang ditunjukkan para pengais rizki di jalanan atau dimanapun peminta-minta itu berada. Jauhkan pikiran kita dari prasangka buruk akan penggunaan uang yang kita berikan itu. Sebaiknya, berdoalah agar harta yang kita berikan menjadi amal jariyah kita.
Mengatasi maraknya peminta-minta di jalanan bagaikan mengurai benang kusut yang tak kunjung selesai. Selama republik ini menggalakkan program pengentasan rakyat miskin, namun selama itu pula fenomena peminta-minta di jalanan tetap saja menjamur.
Larangan mengemis atau meminta-minta sebagaimana yang ditegaskan di KUHP pasal 504 pasal 01 dan 02 tak ubahnya sebuah larangan yang mandul. Pemerintah sendiri gagal mencarikan jalan keluar untuk mengangkat harkat kehidupan mereka. Tugas negara untuk memelihara fakir miskin dan orang telantar sebagaimana yang diamanahkan UUD 1945 sampai sekarang masih belum terlihat perannya.
Malah justru peran lembaga zakatlah yang kini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang sedang kesusahan. Lembaga zakat berupaya sedemikian rupa membantu kesulitan masyarakat miskin dengan berbagai programnya. Tak terkecuali program pemberdayaan bagi para orang miskin di jalanan. Hanya saja diakui tidak mudah mengajak peminta-minta itu merubah nasibnya. Apalagi boleh dibilang meminta-minta sudah menjadi ’mata pencaharian’ mereka sehari-hari. Kendati demikian, sekeras apapun hati seseorang pasti ada di antara mereka yang ingin meninggalkan dunia peminta-minta.
Karenanya, jangan belenggu tanganmu untuk tetap mengeluarkan sedekah di manapun berada dan kepada siapapun sedekah itu diberikan. Sementara bagi lembaga zakat agar tetap terus berkreasi menciptakan program inovatif dan strategis bagi pemberdayaan masyarakat miskin yang membutuhkan.

Tidak ada komentar: