Filosofi Lontong, Ketupat dan Lepet
Orang tua kita dulu, tidak asal membuat sesuatu tanpa pesan moral yang terkandung di dalamnya. Apa pesan moral yang terkandung di dalam ketiga makanan tersebut ?
Lontong : (K)lontong-kan hatimu, kosongkan hatimu, gembukkan hatimu. Agar kamu punya sikap peduli dan empati kepada sesama. Salah satu karakteristik lontong adalah lunak / tidak keras. Hati yang gembuk (tidak keras) akan mudah menerima nasehat orang lain. Orang yang hatinya lunak pasti mudah dinasehati, mudah menolong orang lain.
Klontong adalah jembatan kecil. Ia sebagai sarana orang menyebrang dari satu tempat ke tempat lain. Bentuknya bulat dan bolong. Dengan klontong ini, orang akan bisa melangkah dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah. Tanpa klontong, orang akan susah payah meloncat untuk menyebrangi jalan.
Sebuah filosofi indah dan menawan dan bisa kita praktekkan di dalam kehidupan kita sehari-hari. ‘Punya hati / jiwa yang lapang’, ‘Suka membantu, menolong dan meringankan beban orang lain’, ‘Mudah dinasehati dan mudah menerima nasehat itu sebagai pengingat diri’
Orang yang mengakui kesalahan berarti dia orang yang pemaaf. Tanpa diminta maaf oleh orang lain yang berbuat salah kepadanya maka ia akan memaafkan. Suatu saat ketika dia salah, maka langsung mengakui dan meminta maaf.
Zaman sekarang berat sekali mengakui kesalahan diri sendiri. Yang ada hanyalah menutup-nutupi kesalahan kita.
Dengan Kupat berarti kita harus gentle mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang yang kita buat kesalahan tadi
Bahan bakunya ketan. Bungkusnya memakai daun kelapa muda. Kalau yang suka variasi, ya ditambah kacang tolo atau potongan kelapa muda.
Makanan ini mirip lontong. Hanya bedanya, ujung dan pangkal lepet diikat dengan tali bamboo (kecil). Tengah juga diikat. Mirip seperti mengikat orang yang sudah meninggal.
Makanan ini membawa pesan moral bahwa semua kita pasti akan ; mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar